CBTcase - Media Pembelajaran Konseling Kognitif Berbasis Web

1. Sekar (Konseli): "Sejak gagal magang di lembaga internasional itu, semuanya jadi berantakan. Saya jadi malas kuliah." Sebagai konselor, manakah pertanyaan LANJUTAN yang paling tepat untuk mengidentifikasi pikiran otomatis Sekar?

A. "Apa yang kamu rasakan ketika mengatakan 'semuanya jadi berantakan'?"

B. "Bisa ceritakan lebih detail proses seleksi magang yang kamu ikuti?"

C. "Ketika kamu gagal dan kemudian berpikir 'semuanya berantakan', kira-kira apa yang langsung terlintas di pikiranmu tentang dirimu sendiri atau masa depanmu saat itu?"

D. "Apakah kamu merasa orang tuamu kecewa dengan kegagalanmu ini?"

2. Sekar (Konseli): "Saya merasa sangat malu dan minder sekali saat tahu teman-teman dekat saya diterima magang di tempat yang bagus-bagus." Manakah respons konselor yang paling tepat untuk memisahkan dan memperjelas pikiran dan perasaan?

A. "Wajar kok merasa malu, tapi kamu harus bisa move on."

B. "Jadi, perasaanmu adalah malu dan minder. Bisakah kamu ceritakan, pikiran apa yang muncul di kepalamu sehingga kamu merasa malu dan minder? Misalnya, 'Itu berarti aku...'?"

C. "Apa yang kamu lakukan setelah merasa malu dan minder itu? Menghindar dari mereka?"

D. "Sejak kapan kamu mulai sering membandingkan dirimu dengan teman-temanmu?"

3. Sekar (Konseli): "Saya jadi malas dan beberapa kali tidak masuk bimbingan skripsi." Setelah konselor mengetahui perilaku menghindar ini, pertanyaan lanjutan apa yang paling penting untuk memahami dampaknya?

A. "Apa yang kamu lakukan sebagai ganti dari pergi bimbingan?"

B. "Bagaimana reaksi dosen pembimbingmu ketika kamu tidak hadir?"

C. "Apakah kamu merasa bersalah setelah bolos bimbingan?"

D. "Dalam jangka pendek, apa yang kamu dapatkan dengan tidak pergi bimbingan? Apakah kecemasanmu berkurang? Lalu, dalam jangka panjang, apa akibatnya untuk progres skripsimu?"

4. Sekar (Konseli): "Saya pikir, kegagalan saya magang di tempat impian itu membuktikan bahwa saya memang tidak cukup kompeten dibandingkan teman-teman saya." Respons konselor mana yang paling efektif untuk mulai menghubungkan pikiran ini dengan keyakinan yang lebih dalam?

A. "Jadi, kegagalan ini seakan-akan 'membuktikan' sebuah keyakinan tentang dirimu bahwa 'saya tidak cukup kompeten'. Apakah perasaan 'tidak cukup' ini terasa familiar? Apakah pernah muncul dalam situasi lain sepanjang hidupmu?"

B. "Itu hanya perasaan sementara saja, nanti juga akan membaik."

C. "Apa definisi 'kompeten' menurutmu? Mari kita uji standar yang kamu gunakan."

D. "Coba sebutkan kelebihan-kelebihan yang kamu miliki untuk menangkis pikiran itu."

5. Sekar (Konseli): "Iya, sejak kecil saya sering merasa tidak cukup. Orang tua saya sering memuji kakak laki-laki saya karena prestasinya, sementara prestasi saya sepertinya biasa saja di mata mereka." Untuk menggali pembentukan keyakinan dasar, pertanyaan lanjutan mana yang paling tepat?

A. "Apakah kamu menyimpan rasa benci terhadap kakakmu?"

B. "Dari pengalaman dibanding-bandingkan itu, kira-kira pesan apa tentang dirimu sendiri yang akhirnya kamu yakini? Misalnya, 'Aku ini anak yang...'?"

C. "Apakah kamu pernah mencoba untuk berprestasi lebih dari kakakmu?"

D. "Bagaimana hubunganmu dengan kakakmu sekarang?"

6. Konselor ingin Sekar lebih sadar akan pola pikirnya sehari-hari. Tugas rumah (homework) mana yang paling mencerminkan teknik Self-Monitoring untuk kasus Sekar?

A. Membaca buku tentang manajemen stres untuk mahasiswa.

B. Menghubungi teman kosnya untuk curhat setiap kali ada pikiran negatif.

C. Membuat jadwal harian yang ketat untuk membagi waktu antara kuliah dan magang.

D. Mencatat dalam jurnal setiap kali merasa sedih, cemas, atau malas. Kemudian menuliskan: situasinya (Apa yang terjadi?), pikiran otomatisnya (Apa yang melintas di pikiran?), dan reaksinya (Apa yang dirasa dan dilakukan?).

7. Sekar (Konseli): "Magang di lembaga swasta kecil itu benar-benar tidak ada artinya. Itu bukanlah pengalaman yang berharga sama sekali bagi karier saya." Sebagai konselor, Anda ingin memahami makna pribadi di balik kata-kata kunci yang Sekar gunakan. Respons mana yang paling tepat untuk menerapkan teknik ini?

A. "Saya mendengar kamu menggunakan kata 'tidak ada artinya' dan 'berharga'. Bisakah kamu jelaskan, menurutmu, seperti apa magang yang 'berarti' dan 'berharga' itu? Apa kriteria spesifiknya?"

B. "Itu adalah pola pikir yang negatif. Kamu seharusnya melihat sisi positif dari pengalaman magangmu di mana pun."

C. "Apa benar tidak ada satu pun hal yang kamu pelajari di tempat magang yang sekarang?"

D. "Kamu merasa magang di tempat kecil itu tidak berharga karena teman-temanmu magang di tempat yang besar, ya?"

8. Di sesi berikutnya, Sekar melaporkan bahwa ia masih menghindari bimbingan. Berikut adalah percakapan mereka: Konselor: "Bisa kita bahas tugas rumah minggu lalu? Kamu mencatat bahwa kamu membatalkan bimbingan untuk menonton drama Korea." Sekar (Konseli): "Iya. Waktu itu saya ingat bimbingan, lalu langsung berpikir, 'Ah, percuma saja, materi saya belum sempurna, pasti dosen akan kecewa.' Lalu saya merasa sangat cemas, dan akhirnya memutuskan untuk tidak pergi dan menonton drama saja. Setelahnya saya merasa lebih rileks, tapi besoknya justru merasa lebih bersalah dan stres karena skripsi makin tertunda." Manakah pernyataan konselor yang menunjukkan asesmen berkelanjutan untuk memperdalam konseptualisasi kasus?

A. "Kamu harus lebih disiplin. Menonton drama bukanlah solusi."

B. "Jadi, kita melihat sebuah pola yang jelas: Pikiran 'percuma, belum sempurna' memicu kecemasan, lalu kamu menghindar (menonton) yang memberikan kelegaan jangka pendek, tapi justru memperbesar masalah jangka panjang. Mari kita fokus untuk memutus mata rant

C. "Lain kali, paksakan dirimu untuk pergi bimbingan meskipun cemas."

D. "Apa drama Korea yang kamu tonton? Mungkin kita bisa mencari hobi lain yang lebih produktif."

Latihan Keterampilan Intervensi 1